
Berawal dari Jum’at malam ketika Tika nganterin Stoju yang baru saya beli dari Otten Coffee. Mungkin karena saya juga lagi sendirian (Matt lagi di Batang Toru) dan duo tukang keluyuran itu gak tau juga mau ngapain. Akhirnya setelah berpisah malam Jum’at itu si Tika malah ngajakin ke Berastagi Sabtu siang setelah Yeyen (@meufood) pulang kantor. Saya sih ok-ok aja. Apalagi perginya ke tempat dingin.
Berastagi itu adalah salah satu tempat tujuan wisata di Sumatera Utara. Daerah dataran tinggi Karo, jadi udaranya dingin apalagi ada beberapa pegunungan didaerah ini. Dulu zaman Belanda, tempat ini menjadi salah satu tempat peristirahatan mereka. Makanya kalau ke sini kita bakalan ketemu beberapa rumah-rumah dan hotel peninggalan Belanda. Sebagian masih terawat dengan baik tapi banyak juga yang kondisinya antara iya dan tidak.
Sayangnya kalau ke Berastagi itu kayak gak tau mau ngapain lagi selain main ke pasar buah, petik strawberry atau ke Bukit Kubu (kalau saya, ya)
Makanya kalau ke Berastagi itu senengnya cuma dapat udara dingin aja secara di Medan panasnya kan gak ketulungan ya. Kali ini rencananya kita hanya mau ke Pasar Buah, Ngopi di Biji Hitam trus makan malam di Jabu.
Ngopi sebenarnya adalah aktivitas yang sudah dilakukan banyak orang di Indonesia sejak berpuluh-puluh tahun lalu. Di Berastagi terutama di Tanah Karo sebenarnya banyak juga perkebunan kopi terutama sejak kopi booming di Indonesia. Sayangnya beberapa kali ke Berastagi saya tidak pernah tau kalau ada tempat ngopi yang asik. Padahal tempat tujuan wisata, kenapa gak banyak kedai kopi yang kece dan enak ya? apalagi ada banyak perkebunan kopi di sini.
Kebetulan Tika kenal dengan pemilik salah satu kedai kopi di Berastagi yang sekarang lagi hits banget. Namanya Biji Hitam.
Kami tiba di sini sekitar pukul 04.30 sore setelah dari pasar buah. Langit mulai gelap dan mendung. Udara di Berastagi sore itu sekitar 20an C. Gak terlalu dingin tapi masih jauh lebih nyaman daripada Medan yang belakangan selalu antara 32 C.
Kedai Kopinya terletak di jalan menuju Gundaling. Klik link di Kedai Kopi untuk lihat foto-foto dan juga alamat lengkapnya ya. Kita sempat kesasar 1 kali. Tika dan Yeyen lupa tempat ini. Untungnya gak kesasar jauh. Itu pun karena semua hape kami gak dapat signal yang maksimal. Gimana sih Telkomsel. Baru di Berastagi aja sudah modyar!

Kedainya sendiri terletak di pemukiman penduduk. Sedikit tinggi dari jalan. Warna bangunannya hitam sesuai namanya. Bentuknya sederhana. Begitu memasuki kedainya hampir semua furniture terbuat dari kayu palet dan kayu besar. Tempatnya sedikit gelap tapi cozy. Seketika saya suka sekali tempat ini apalagi begitu kita masuk, persis ditengah ruangan ada satu tempat kecil di mana mereka roasting kopinya. Jadi kebayang dong, wangi kopi banget.




Asik ya tempatnya. Saya lumayan suka sih tempatnya. Kayaknya kalau ke Berastagi selama belum ada tempat-tempat ngopi lainnya, kemungkinan besar bakalan ke sini.






Untuk kopinya sendiri gimana? emmm gak komplen tapi saya itu kan bukannya yang expert ya soal kopi. Dikasih kopi apa aja selalu seneng. Nah, saya nyobain 3 kopi kemaren tapi lupa apa saja namanya 😦 haha.
Buat saya semuanya enak dan cocok untuk sore-sore sambil ngobrol dengan teman dan tentu saja yang sulit dilupakan adalah goreng tempenya yang sama sekali gak berminyak. Garing dan enak parah! ok saya ke kedai kopi tapi lebih jatuh cinta dengan tempenya, gimana sih NON? haha
Ya abis, saya kan gak boleh makan tempe, begitu makan…..kayak di surga deh.
Biji Hitam ini mereka menggunakan kopi lokal, jadi semuanya kopi Karo (kalau gak salah) dan saya sempet beli berbagi 2 dengan Tika. Untuk harganya sendiri cukup terjangkau koq, sekitar 15-25 ribu kalau gak salah.
So yeah, kalau kamu lagi main ke Berastagi jangan lupa mampir ke sana ya 🙂
Kopi hitam dan tempe goreng. Perpaduan kesukaanku. Hihihi… Kalo ke Brastagi ntar mampir ahhh… nice info, Kak Non.
Sama2 🙂
Hari Senin tutup ya
Lebih ngiler lihat tempenya, Non.. hihi
Hahaha samaaa, pas liat tempe langsung panik
Hahaha.. #tiba2kangenmakanmendoan
Wah, seru tempatnya buat ngemil-ngemil. Saya juga termasuk orang yang kurang suka ngopi, tapi suka sekali ngemil gorengan, hihi. Mudah-mudahan suatu hari nanti bisa ke sana. Sepertinya tempat ini cocok untuk ngobrol-ngobrol sambil mengamat-amati Berastagi yang sejuk, hehe. Dari luar kafenya terlihat sederhana, dengan atap seng dan tembok yang sederhana juga, tapi ternyata unik, euy.
Ngomong-ngomong, dirimu kenapa tidak boleh makan tempe, Mbak?
Karena punya penyakit endometriosis jadi sebaiknya tidak makan soya 🙂
asik buat nongkrong dan snacking ya…
Dan gak terllau mahal Man
Tempe gorengnya lebih menggoda
*Harap maklum, bukan penggemar kopi
Emang endes
Wih cantik banget tempat nya
Cowok banget yaa