
Kalau boleh jujur saya kurang begitu tertarik dengan kota Yangon. Jadi begitu sampai di Yangon sebenarnya sudah kepengen langsung ke Bagan aja, masalahnya bis baru berangkat jam 9 malam. Jadilah saya dan Loni jalan-jalan satu harian di bekas ibukota Burma/Myanmar ini seharian dengan menyewa mobil USD 55.
Kota Yangon di bulan Februari yang katanya lumayan dingin di siang itu panas menyengat. Dimana-mana kalau jalan di Asteng mau katanya dingin tetep aja panas sebenarnya hehe. Karena panas dan males nyari-nyari angkutan umum itulah kita memutuskan untuk menyewa mobil aja. Bagusnya kami gak perlu berat-berat membawa tas naik turun mobil dan bisa istirahat juga di mobil sambil jalan-jalan.
Seperti yang saya sebutkan diawal, sebenarnya kita berdua gak terlalu pengen keliling-keliling kota. Yangon mirip-mirip kota-kota berkembang lainnya. Ramai, panas, berdebu, kendaraan hilir mudik, trotoar jalan cukup besar tapi banyak orang berjualan, bekas ludahan sirih dimana-mana, haduh……mana kita gak tidur juga semaleman jadi bawaannya pengen didalam mobil aja ngadem haha. Masalahnya supir kita semangat banget pengen kasih liat kota Yangon. Ya udahlah kita pun keliling-keliling dari satu pagoda ke pagoda lain sampai akhirnya saya melihat deretan bangunan tua. Rasanya kayak terbuka lagi mata ini.
Bangunan-bangunan tua di kota Yangon memiliki beberapa warna seperti merah, kuning dan putih. Kebanyakan dalam keadaan baik tapi terkesan kumuh karena penuh jemuran. Saya lihat dari beberapa bangunan yang sempat difoto masih ada beberapa yang ditinggalin atau mungkin dipakai untuk kantor.
Yangon sebenarnya adalah kota pelabuhan, jadi gak heran kalau panas. Dari dulu sudah dipergunakan untuk pintu masuk berbagai bangsa. Di kota ini bisa ditemukan pagoda hingga masjid. Yangon juga memiliki banyak gedung-gedung “mewah” yang dulunya dipakai sebagai kantor urusan pemerintahan sejak masa penjajahan Inggris sampai ibukota negara ini dipindahkan ke Nay Pyi Taw di tahun 2006.
Bangunan-bangunan tua bergaya kolonial ini dibangun ketika penjajahan Inggris di tahun 1824-1948. Yangon City Hall dibangun di tahun 1926-1936 dan sampai saat ini masih dipergunakan untuk kantor urusan pemeritahan kota. City Hall juga berdekatan dengna banyak gedung penting lainnya seperti High COurt yang dibangun tahun 1905-1911. Pokoknya ada banyak deh bangunan tua yang kece tapi masalahnya saya gak pinter motret bangunan haha. Jadinya miring-miring 🙂
Jadi nih kalau lagi ke Yangon dan bosen harus liat Pagoda gak ada salahnya untuk menelusuri sisa-sisa sejarah kolonial 🙂
















Cakep koq mbak gambarnya. Bangunan warisan kolonialnya tampak bagus, koq kubahnya kayak bangunan gereja di Semarang buat saya
Aku juga mikir kayak Gereja Bleduk Semarang kan ya?
Padahal kotanya keren begitu mbk.ada bangunan sejarahnya juga..
Hehhee yahhh gitu deh
Bangunan tua nya keren-keren banget dan masih terawat kaya nya…
waah, foto ke-4 dari bawah mirip sama bangunan kota tua di jakarta dan sama sama di persimpangan kayak gitu. btw, fotonya bagus kok *ujar seseorang yang juga ga bisa motret bangunan* :’))
Kayaknya kalo bangunan2 kolonial mirip2 sih ya
Aaa, coba bisa kirim foto – yang ini mirip banget *ngotot* 😐
Hahhahaa coba entar aku ceki2 ya di google 😊
Gada bangunan modern ya mbak Non? Antik semua gedungnya ahahaha 😀
yang gedung modren ada sih tapi gak di foto hehe, gak menarik soalnya buat aku.
Meskipun kondisinya tidak terlalu bagus, tapi lumayan ya bangunan tua di Yangon masih bisa bertahan hingga kini.
Iya, kata beberapa blog emang kondisinya masih lebih bagus daripada yang ada di Indonesia.
Di beberapa tempat di Indonesia, sebenarnya lebih baik perawatannya. Tapi lebih banyak yang tergusur oleh jaman 🙂
sayang ya. Di Medan juga nasibnya banyak yang mengenaskan. Ada juga sih yang tetep dipakai untuk kantor dan biasanya kalau yang kayak gini beruntung
Biasa deh mbak, dimana-mana kalau merasa punya banyak warisan malah lupa merawat. Hmm mungkin juga biaya perawatannya yang jadi masalah. Tapi kita berharap, semoga bangunan-bangunan tua yang eksotis itu bisa tetap dipertahankan dan berfungsi sampai kapan-kapan 🙂
Biayanya emang mahal banget Bartz. Temen aku ada yang rumahnya di jalan protokol di Medan dan bekas rumah Belanda lama. Itu biaya pajak, perawaran dll lumayan banget loh. Mereka aja udah mikir mau jual rumahnya karena biaya pajak yang tinggi
Wah ternyata pajaknya yang tinggi. Harusnya justru dimurahin, biar semangat merawatnya. Itu khan warisan budaya.
Makanya mungkin ya kalau kamu pernah ke Medan ada satu kawasan tua namanya Kesawan (ini mirip2 Penang gitu deh) diajukan ke Unesco biar jelas aja gitu hehe. Atau yah kalau gak Pemko ambil bagian ya. Pajak diturunkan dan gedung2 yang gak kepake itu dipakai untuk cafe, hotel atau apa ajalah dengan sewa yang murah dengan kontrak gedung harus dirawat dan gak boleh di renovasi.
Dimanfaatkan kembali, selama masih cukup aman untuk difungsikan, pasti menarik yaaa 🙂
Iya kayak di Penang gitu ya 🙂
Yup betul, tertata rapi dan dirawat baik.
Makanya Unesco juga mau kasih dana kali ya. beda sama Indonesia
Satu langkah yang harusnya kita tiru 🙂
Nungguin cerita Bagan , Non 🙂
Nanti ya 🙂
Suka dengan bangunan tua yang menempati sudut jalan, soalnya mereka punya menara tersendiri yang menentang simpang empat di hadapannya. Dan warna-warna mereka juga menarik. Eksplorasinya tentu sangat menyenangkan. Mesti cepat sih, sebelum bangunan-bangunan itu habis seperti di Jakarta. Eh tapi bangunan kota tua Jakarta mulai direvitalisasi lagi sedikit-sedikit :)).
Harusnya sih bangunan2 tua gitu jangan dihancurkan ya, dipakai aja entah untuk apalah jadi tetep ada duit yang masuk untuk biaya operasionalnya. Sayang kalau rusak atau dihancurkan.
DI Jakarta yang di kota tua ya Gara?
Oo ternyata Yangon kaya begitu ya
Baru berkembang PUji jadi yah gitu deh. masih sederhana
Wow baru tau saya mba hehehe kalo kesana lagi ajak aku dong :p
Boleh aja nanti diajak2 tapi gak tau kapan mau kesana lagi hehe
Bangunan2 tuanya oke ya sebenarnya.
Tapi panasnya itu … kayaknya nggak nahan deh, hahahaha 😆 . Kemarin juga begitu waktu di India, lol 😆
India juga panas banget ya Zi, mana berdebu dan banyak orang plus….wangi2nya itu hehe
myanmar ini panas berdebu dan sukses bikin mencret2
sampe mencret, makan apaan?
bahkan sekelas yangon jauh lebih bersih daripada jakarta ya kak
mungkin karena manusianya belon sebanyak kita ya
Gedung bercat merah mengingatkan bangunan di Melaka. Itu antena masih parabola ya 😆 jadi ingat parabola dirumah 😅
hahaha masih ada ya parabola, aku gak sempet punya Den. Kami dulu pake antena tinggi banget hehe
kantor cabang kami ada di sana. dan kami menyebut myanmar sbg Indonesia tahun 80. hahaha … saat semua cabang kami sdh bs berkomunikasi dgn skype, yangon masih harus nyari signal di genteng. wkwkwkwk … maap ya ‘ngon 😛
hahahha……wifi sulit ya disana? aku dihotel mudah2an lancar sih
keknya slightly in order daripada HCMC ya?
iya
Bangunannya tua-tua ya aku berasa kayak di daerah kota tua nya Jakarta hehehe
Mirip2 ya
[…] Melewati kota tua yang sebagian isinya adalah gedung-gedung tua peninggalan Inggris. Untuk lengkapnya kalian bisa baca disini. […]