Aras Napal – Taman Nasional Gunung Leuser Indonesia


Tahun lalu pertama kalinya Matt pulang dari hutan ngasih saya foto beberapa ekor gajah patroli. Gajah-gajah di hutan tersebut memang dipergunakan sebagai gajah patroli di hutan. Kerjaan mereka setiap hari keliling hutan sekitar 15 km nyari ladang-ladang liar. Kalau kebetulan ada ladang liar di dalam hutan udah pasti sama mereka dihancurkan. Seru ya.

Aras Napal terletak di Desa Bukit Mas, Kecamatan  Besitang Kabupaten Langkat. Daerah ini termasuk buffer zone Taman Nasional Gunung Leuser dalam Kawasan Ekosistem Leuser. Di sini, seperti yang saya sebutkan diatas,  ada beberapa gajah terlatih dari Pusat Latihan Way Kambas Lampung yang dipakai untuk patroli. Jadi, kerjanya emang cuman ngelilingin hutan sekitar untuk nyari para penebang pohon liar atau ladang-ladang liar. Gajah-gajah ini didatangkan beserta pawang-pawang gajahnya dari Lampung.

Aras Napal 242 ini dulunya adalah bekas areal pertambangan hutan yang sudah dibebaskan oleh departemen kehutanan dari masyarakat yang kemudian dijadiin kawasan konservasi. Makanya,  kalau kesini yang keliatan, yah, hutan-hutan bersanding mesra dengan perkebunan sawit atau kebun-kebun milik masyarakan (baca jeruk).  kalau sekarang kawasan ini bisa dibilang sebagai salah satu kawasan hutan di Sumatera Utara yang masih terjaga, masih menjadi hutan paling lebat dari sekitarannya. Sementara, angka 242 itu diambil dari luas kawasan itu, 242 hektar, dan Aras Napal 242 ini langsung berbatasan dengan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL).

Untuk masuk ke TNGL tentu saya memerlukan permit, dikarenakan trip kemaren hanya trip tiba-tiba, kita gak kepikiran mau ngurus permit dan rencananya hanya masuk di sekitaran Unit Patroli Gajah (UPG) yang juga memiliki penginapan sederhana plus tukang masak. Di tempat ini sebenarnya terbuka untuk umum sehingga siapa aja bisa datang dan menginap.

Mengunjungi Aras Napal (UPG) tentu bukan pekerjaan gampang. Dari Medan kita harus naik mobil/angkutan umum ke Besitang sekitar 2,5 jam (tergantung macet) trus masuk ke dalam dengan menggunakan ojek sekitar 45 menit dan dilanjutkan masuk ke areal hutan sekitar 45 menit dengan kapal (bisa naik kapal jika sungai cukup besar) atau naik mobil besar (off road) karena jalannya parah banget apalagi kalau hujan seperti saat saya datang kemaren. Saya kemaren nyobain semua moda, dari mulai off road dengan mobil besar hingga naik kapal kayu kecil.

Setelah 6 jam duduk di mobil akhirnya kita nyampe juga di wisma UPG. Tempatnya sederhana dari kayu. Sebagian kamar malahan kayu-kayunya udah dimakan rayap, kamar mandi walaupun kloset duduk tapi bak mandinya emmm penuh pasir huhu. Matt ngomong gini ke saya “i told you so…” cih, saya sih sebenarnya gak manja-manja banget tapi jalan-jalan terakhir ke hutan itu kan 3 taon lalu, selama ini hidup saya lumayan santai jadi begitu dibawa ke hutan lagi langsung mencolot hatinya haha.

Kalau mau tinggal di mess hutan tempat kerja si Matt, tentu mesti tidur di barak yang lebih sederhana lagi, buang hajat mesti di sungai, trus poo-nya entar dimakanin ikan (kata temen2 si Matt, kurang ajar haha) , mandi juga mesti di sungai plus kita mesti trekking masuk ke hutan sekitar 45 menit jalan kaki.

Trus saya ngapain aja dong di UPG ini? emmm sebenarnya gak ngapai-ngapain juga sih. Saya baca buku sambil nungguin mereka kerja, ngambil foto, dijadiin tukang foto untuk drones, ikutan lari-lari ke dalam hutan buat ngejer drones yang nyungsruk, mancing ikan di sungai kecil, bengong, tidur, makan, repeat,  haha.

2 hari disini saya lumayan bosen sih soalnya gak bisa masuk ke hutan. Seharian di wisma terus sambil paling-paling masuk ke hutan kecil. Masalahnya terlalu banyak pacet jadi malesin juga buat masuk ke hutan sering2. Setiap kali masuk kaki langsung digerayangin pacet. Arghhhh. Yang bikin bosen lainnya karena buku yang saya bawa habis dibaca dan hujan terus seharian gak berhenti.

Naik gajah kali ini adalah pengalaman saya yang kedua. Matt awalnya gak mau naik. Dia ini bener-bener gak mau naik binatang apapun. Katanya kasihan tapi secara istrinya ngotot mau naik ,yah, terpaksa dia ikutan.

Seperti yang disebutkan oleh Matt yang terpaksa naik demi saya, naik gajah sebenarnya adalah kesalahan besar. Gajah walaupun besar tetapi badannya tidak didesain untuk ditunggangi. Jadi setelah pengalaman 5 menit naik gajah di sini saya putuskan tidak akan pernah naik lagi. 

Sewaktu di Bali, naik gajah di sana tidak sakit. Kita hanya perlu duduk di punggung gajah yang sudah disediakan kursi kecil. Semacam sofa di atas punggung gajah gitu. Pantat biasa-biasa aja gak berasa sakit sama sekali. Kalau di Tangkahan juga sama, di sana gajahnya udah dibawain sofa haha. Nah, disini gajah yang tersedia adalah gajah patroli. Kerjanya sebenarnya patroli bukan ngangkutin turis kayak saya gini haha. Pas ngikut pagi-pagi, bapak penjaga wisma bilang begini “mba Noni, gak usah lama-lama ya, nanti pahanya sakit berhari-hari, loh” saya ngikik sok jumawa haha.

Begitu naik, jalan 1 menit seru sih. Kita (saya dan temen2nya Matt) cekikikan kesenangan. Matt sebel banget karena saya terlalu seneng naikin binatang. Begitu gajah masuk ke dalam hutan lebat, naik turun karena kontur tanahnya naik turun, masuk kedalam sungai kecil, setiap saat berhenti untuk makan, narikin akar pohon sampai ganggu sarang tawon. Ini asli konyol, si gajah narik satu akar pohon yang ternyata ada sarang tawonnya. Matt dan pawang dapat beberapa gigitan sampai kita teriak-teriak ke gajahnya harus lari supaya gak digigitan tambah parah. Yang ada muka kita dihantam akar-akar bergelantungan sementara si gajah tetap aja ngemil hahaha. Konyol tapi seru dan pantat saya sakitnya gak nanggung-nanggung.

5 jam naik gajah saya nyerah deh. Sakit banget. Jadi bukan karena takut saya minta pulang, loh, melainkan karena sakit banget dari mulai paha sampai ke tulang ekor. Asli sakit banget. Saya ngerasain sakitnya sampai tulisan ini diposting hehe.

Setelah gajah mandi, yah mereka seneng banget masuk sungai. Begitu masuk sungai langsung berendam, saya milih gak ikutan karena megang kamera. Kesalahan fatal nih, kalau masuk hutan mendingan bawa GoPro aja supaya bisa nyilem2 haha.

Yang pasti walau tulang ekor saya sakit dan sedikit bosen karena hujan terus sehingga gak bisa melakukan banyak hal, tetep aja saya lumayan seneng disana. Kalau diajakin lagi ke hutan tentu mau tapi mungkin harus urus permit supaya banyak yang bisa saya kerjain disana.

Info lebih banyak mengenai Aras Napal, cek langsung di link ini ya http://www.travelesia.co/2014/09/aras-napal.html & http://goo.gl/KyUI6N

Enjoy

Foto was taken by Dave
Foto was taken by Dave
Masih di sekitaran wisma
Masih di sekitaran wisma
Tulang ekor udah lumayan nyut-nyutan karena gajahnya mulai ngelewatin jalanan yang naik turun
Tulang ekor udah lumayan nyut-nyutan karena gajahnya mulai ngelewatin jalanan yang naik turun
Ini moda kapal dari sungai. Goyang-goyang gitu naiknya tapi pemandangannya lumayan. Kita bisa liat primata atau binatang lain di pinggir sungai, orang mandi, mancing, nyuci , anak2 main dll.
Ini moda kapal dari sungai. Goyang-goyang gitu naiknya tapi pemandangannya lumayan. Kita bisa liat primata atau binatang lain di pinggir sungai, orang mandi, mancing, nyuci , anak2 main dll.
Sayur daun ubi tumbuk yang gak ditumbuk hehe
Sayur daun ubi tumbuk yang gak ditumbuk hehe
Ikan tongkol sambel
Ikan tongkol sambel
Buah rukam. Ada yang inget buah ini? rasanya kecut banget
Buah rukam. Ada yang inget buah ini? rasanya kecut banget
Jeruk hutan. Gajah lumayan suka buah jeruk ini tapi katanya rasanya gak enak
Jeruk hutan. Gajah lumayan suka buah jeruk ini tapi katanya rasanya gak enak
Me
Me
me
me
Frits
Frits
Frits, Dave, Matt dan Chris
Frits, Dave, Matt dan Chris
me with James's camera
me with James’s camera
Bunga kering di hutan
Bunga kering di hutan
masuk hutan
masuk hutan
Beberapa jenis jamur
Beberapa jenis jamur
cute ya
cute ya
Putri malu ya kan?
Putri malu ya kan?
Matt
Matt
Dave and Chris ketikan memandikan gajah
Dave and Chris ketika memandikan gajah
Seruu banget karena gajahnya suka banget mandi
Seru banget karena gajahnya suka banget mandi
Bion + Pawangnya
Bion + Pawangnya
Iring-iringan gajah patroli
Iring-iringan gajah patroli
Gajah Sumatera
Gajah Sumatera
Sumatran Elephant
Sumatran Elephant
Tanaman liar
Tanaman liar
Jeruk hutan
Jeruk hutan
Jeruk manis dari Pantai Buaya
Jeruk manis dari Pantai Buaya

110 comments

  1. Rukam. Uda lama kali ngga makan. 😀

    Aku kira naikin gajah itu empuk Mbak, soalnya dia kan gendut. Rupanya sakit toh. Hihihi.. 😛 Bang Matt saking sayangnya sama binatang jadi gitu ya. Baik banget sih.

  2. bagaimana rasanya duduk diatas gajah tanpa sadel nya yah pasti geli hahahha aku naik diatas kuda tanpa jok atau apa sih istilahnya tuh jadi geli dan gak tahan goyang2 mulu hihihi…

  3. Wah seru yah, masuk hutan sama gajah.
    Ternyata tulang punggung gajah keras ya kak? Aku kirain empuk, haha..
    Sekarang paha dan tulang ekornya masih sakit engga?

  4. Astagaaa itu gajahnya langsung didudukin aja gitu, pantesan sakit pantatnya mbak non >.< Trus itu yg nemenin gajah mandi gak kebasahan ya mbak, gajahnya gak nyemprot2 air ke badannya ya?

  5. di boncengan vespa lama2 aja paha sakit ngangkang, apalagi punggung gajah yg lebar gitu….., tapi Non suka bangeeet kk baca cerita ini deh…., pengenan soalnya

    • Kakak soalnya suka flora ya hehe. Disini bakalan seneng sih kalau masuk hutan, banyak yang bisa dilihat. Aku karena gak suka banget pacet, jadi sebel. Kalo jalan meratiin kaki trus.

      • Nah itu gak ngerti kak, si Matt ada sarung kaki anti pacet gitu tapi masalahnya kemaren aku gak pake sepatu trekking/boots cuman sepatu sandal biasa karena gak kepikiran masuk hutan. Begitu masuk, 2 menit langsung 2 ekor pacet loncat ke kaki. Hiiiiiii

        air rendaman rokok itu gimana ya kak?

  6. pengen deh punya kamera mirrorless tp kok sayang duit mulu beli nya hihi
    gajahnya ganteng yak 😀
    trs gw ga tau buah rukam itu apaan hikhik

  7. ehh lupa .., Besitang .., kl dari rumah kita di Brandan itu jadi tanda ke Medan udah tinggal dikit lagi…, yang lewatin sungai Wampu bukan Non.,?
    kk udah banyak lupa ternyata ya..,

    • Iya bener kak, ngelewatin Sungai Wampu. Nanti dari Besitang baru deh masuk ke areal perhutanan Aras Napal/ Sikundur. Agak jauh masuk kedalam plus jalananya jelek. Dari Brandan sih udah deket kak

  8. Aku juga ga tega naikin gajah, hehe 😀 btw mba itu gajahnya ibu dan anak gitu? ko aku liat ada yang kecil ada yang gede. Maap ya pertanyaan aneh ahahaha

  9. Ngga takut jatoh..?? Ngebayanginnya itu goyang kiri kanan gitu hehe

    Saya takut ketinggian, naek Kuda saja berasa tinggiiiii sekali kaya mau bluuug jatoh hehe

  10. Ngga takut jatoh naek Gajahnya..?? Udah tinggi trs goyang kiri kanan, nanjak turun gitu… Hehe

    Matanya kaya yg sedih ya tu Gajah, bikin pengen meluk sama usap-usap..

    • gak takut jatoh teh tapi sakit aja pantatnya haha. Pas mau turun yang seru, udah licin trus harus lompat. Duduk si gajahnya tapi kan tetep tinggi banget.

      Matanya emang sedih ya 🙂 sayuuuu kalau kata orang haha

      • Saya mah rada takut ketinggian, naek kuda saja kalau lihat kebawah perasaan tiung2 trs bluuug aja jatoh hihi

        Kaya matanya temen saya sayu sendu kaya yg ngantuk 😀

  11. Pengalaman2 km masuk hutan keren bgt Non! Butuh mental kuat buat kegiatan2 gt mah. Wlpn gw kagum sangat tp kayanya blm sanggup hrs kejar2 an ama tawon plus ngemil. Paling banter dsni gw masuk Kebun Raya atw hutan kecil yg djadiin taman aja.
    Btw, itu buah ciremai bukan sih?

  12. Seru seru.. kemarin waktu ke Sumatra pengen ke leuser tapi gak ada waktu. Kalau paku boots pacet gak nemplok kan non? Terus itu kayaknya klo pawangnya duduk dileher jadi sedikit kecilan lebar area dudukannya yah? mungkin sakitnya lebih sedikit?

    • Masih nemplok juga 😦 jago kan pacet itu hehhe. Si Matt ada kaos kaki anti pacet tapi beberapa kali dia pake, yah nembus juga ke betisnya. Entah harus pake apa si pacet ini.

      Kata si Pawang sakit juga tapi karena udah biasa (berpuluh2 taon bareng trus) udah gak sakit lagi

  13. Semoga hutan2 indonesia makin lestari dan ngak berubah peruntukan nya jadi ladang atau perumahan. Kita perlu hutan2 itu untuk kelangsungan ekosistem biar ngak keputus.
    Btw suk songket orang nya yg buat alas jeruk 🙂

  14. […] Saya suka sekali pashima/syal/kerudung atau kain. Sekarang ada Matt ditambahlah dengan sarung. Heran banget sejak kenal sarung, Matt hampir gak pernah gak bawa sarung setiap bepergian. Kain-kain ini berfungsi untuk selimut, aksesoris kalau dingin atau pas pake baju yang agak kebuka, atau terkadang buat bungkus bantal kalau kita dapet penginapan yang ala kadarnya kayak pas ke tempat ini hehe. […]

Leave a comment