3 KM Menuju Sinabung


pic pinjem dari www.theatlantic.com
pic pinjem dari http://www.theatlantic.com

Long wiken kemaren kami (saya dan Matt) serta 2 orang temen lain memutuskan untuk ke Berastagi setelah sebelumnya saya mendengar beberapa masyarakat sudah mulai dikembalikan ke desa mereka. Gunung Sinabung yang mulai batuk-batuk sejak September lalu memang membuat sebagian penduduk yang tinggal di kakinya terpaksa harus menetap di beberapa tempat pengungsian.

Dengan asumsi sudah mulai aman kami memutuskan akan ke Berastagi aja selain memang saya sempat membaca banyak pelaku wisata di Berastagi yang mulai mengeluh karena turunnya angka wisatawan yang berkunjung. Menurut mereka dampak dari meletusnya gunung Sinabung seharusnya tidak menggangu jika pengunjung hanya datang ke area Berastagi.

Sebenarnya ada banyak juga orang kantor si Matt dan juga temen-temen mereka yang lain yang sengaja datang ke area bencana untuk memberi makan binatang disana (paling banyak sih binatang semacam anjing, ayam, kucing atau bebek). Makanya kita juga bawa makanan binatang pas kemaren datang.

pic dari www.weather.com
pic dari http://www.weather.com

Sewaktu mengantar anjing milik Ika dan Greg (kita singkat menjadi Grika) ke rumah orang tuanya, ibu Ika berpesan untuk mengunjungi desanya (desa Payung) yang kata dia sekarang jadi tempat orang melihat letusan Sinabung. Kita sih iya iya aja karena ternyata Matt, Ika dan Greg penasaran banget pengen liat. Orang tua Ika yang kebetulan adalah orang Karo sudah mengunjungi desa tersebut dan menurut mereka aman koq. Di tengah jalan sempet juga tantenya Ika konfirmasi kalau desa ok buat didatangi.

Jalanlah kita ke Berastagi. Kita tiba di hotel sekitar jam 12.00 siang. Saya sempet ngomong ke petugas hotel kalau kita mau ke desa Payung, mereka kasih tau jalan dan gak komentar apa2. Sepanjang jalan penuh debu. Kami sih mikirnya yah namanya juga masuk ke area gunung api yang lagi batuk-batuk kayaknya normallah jika banyak debu. Beberapa desa yang kami lewatin memang sepi, berulang kali Matt dan Greg komentar ini desanya udah bener-bener kosong atau gimana ya. Masalahnya kalo beneran kosong kami masih ketemu beberapa orang yang berada di luar rumah (bersiin kandang atau halaman mereka) dan masih banyak motor atau mobil yang lalu lalang.

pic dari news.howzit.msn.com Kita sempet beberapa kali ketemu pengendara motor yang tertutup plastik gini tapi gak bisa di foto karena kita didalam mobil dan mereka melaju cepat
pic dari news.howzit.msn.com
Kita sempet beberapa kali ketemu pengendara motor yang tertutup plastik gini tapi gak bisa di foto karena kita didalam mobil dan mereka melaju cepat

Semangkin mendekati desa Payung kita sempet beberapa kali ketemu anak anjing atau anjing-anjing yang ditinggalin tuannya. Sedih banget sebenarnya. Karena banyak yang terlunta-lunta saat ini makanya ada beberapa orang yang katanya sengaja datang dari Medan buat kasih mereka makan. Debu di sepanjang jalan udah luar biasa tebalnya. Herannya pengendara motor/mobil tidak ada yang mengurangi kecepatan mereka ketika melaju, gak heran berkali-kali Ika harus berhenti supaya kami bisa melihat kembali ke jalanan.

3 Km sebelum desa Payung, Ika menghentikan mobilnya di simpang 4 (desa Suka Meriah), kita sempet ngeliat di ujung jalan ditutup dengan bangku kayu melintang tapi masih ada beberapa mobil dan motor yang lalu lalang melalui bangku tersebut. Dari tempat kami berhenti itu saya baru tahu kami hanya berjarak 3 km dari TKP 😦 . Sungguh jika kemaren Ika tidak bertanya apakah kami berhenti atau terus aja, bukan gak mungkin kami semua akan berada di TKP tempat awas panas Sinabung memakan korbannya. Entah kenapa setelah melihat bangku itu semua di dalam mobil, kami sepakat untuk berbalik arah dan membatalkan mengunjungi desa orang tua Ika di Payung.

Simpang 4
Simpang 4

Setelah berbalik arah dan berhenti disatu spot, dimana banyak orang berdiri kami ikutan turun, mengambil beberapa foto dan memperhatikan sekeliling tempat itu yang sudah dipenuhi debu. Ada seorang lelaki yang tidak berhenti menelpon seseorang sambil mengkonfirmasikan kejadian pagi tadi sekitar jam 10 dan 11 siang dimana ada awan panas, sudah ada satu korban tewas dan masuk rumah sakit. Kami ber4 hanya berpandang-pandangan tidak mengerti. Konyolnya tidak seorangpun mengecheck hp masing-masing. Saya sempet liat Matt ngecheck twitter dan kirim email tapi tidak ada komentar apapun mengenai Sinabung.

Hari jum;at sebenarnya kami berencana untuk berangkat kesini, sayang Matt harus menyelesaikan tugas kerjanya sehingga membatalkan keberangkatan hari jum’at lalu dan menggantinya dengan hari sabtu. Sore harinya setelah kami membaca dengan lengkap semua berita tentang awan panas yang memakan belasan jiwa saya dan yang lainnya langsung berfikir betapa kematian itu dekat sekali dengan kita. Bukan tidak mungkin jika jum’at kami jadi berangkat, sabtu pagi kami akan berada di Payung (dimana tempat kejadian tersebut). Erupsi terjadi antara jam 10 dan 11 pagi sebanyak 3 kali kalau saya tidak salah.

Memang sedikit tidak bijaksana untuk memasuki daerah bencana seperti yang saya lakukan kemaren walau saya sempet bingung juga karena kita sempet menanyakan beberapa kali apakah ok pergi ke desa dengan beberapa orang disana secara kami sempet kesasar dan semua mengatakan ok-ok aja 😦 . Di beberapa titik menuju ke desa juga tidak ada petugas yang menghalangi atau sekedar menanyakan keperluan jika ada penduduk yang masuk ke desa2 itu.

Hari minggu pagi sehari setelah erupsi, sebelum kami kembali ke Medan dan 4 orang ini masih penasaran dong, kita sempet masuk lagi ke area yang relatif lebih aman. Memang hari ini dimana-mana ada polisi, tentara, ambulan dll. Beberapa titik persimpangan jalan yang kemaren kami masukin dikontrol ketat. setiap orang yang mau masuk ditanyain walau ada beberapa yang saya liat lolos masuk (hmmmmm?). Saya juga sempet liat sepasukan photographer yang masuk ke ladang-ladang masyarakat karena 2 hari ini gunung Sinabung sama sekali gak keliatan tertutup awan tebal dan juga debu.

Semoga batuk-batuk Sinabung segera sembuh ya. Amin…

SImpang 4 desa Suka Meriah
SImpang 4 desa Suka Meriah
Masih banyak masyarakat yang hilir mudik balik ke desanya
Masih banyak masyarakat yang hilir mudik balik ke desanya
Beberapa penduduk yang akan mengungsi
Beberapa penduduk yang akan mengungsi
Dari atas bukit
Dari atas bukit
Dari Atas bukit
Dari Atas bukit
Penuh dengan debu
Penuh dengan debu

8

Didalam pelukan debu
Didalam pelukan debu
Ibu Ginting yang merupakan penduduk semi pengungsi
Ibu Ginting yang merupakan penduduk semi pengungsi
Gak heran cabe di Medan mahal sekarang
Gak heran cabe di Medan mahal sekarang
Panen kol yang gagal
Panen kol yang gagal
Sinabung dari kejauhan
Sinabung dari kejauhan

14

Hutan yang kering
Hutan yang kering

16 17

Kopi debu
Kopi debu
pic pinjem dari news.howzit.msn.com
pic pinjem dari news.howzit.msn.com

 

 

106 comments

  1. ih.. hati-hati noni & matt & grika!
    betewe fotomu keren-keren banget non.. jadi pengen bisa motret juga, sayangnya bakat seniku tumpul banget 😀

    • sekarnag udah di Medan lagi koq Pit. DI berastagi lama2 juga gak enak karena debu berjatuhan trus hehe.
      makasih, ayoo coba belajar motret, aku juga masih belajar trus nih

  2. Sedihnya baca ini Bu. Semoga bencana Sinabung segera berlalu ya. Hati-hati ya Bu dan matt dan semua keluarga dan teman-temannya. Fotonya beneran bikin trenyuh (bagus-bagus pastinya) apalagi ditambah ceritanya… T.T

    • Si nyokap sampe hari ini masih panik banget, Dan, karena dia kan taunya kita berangkat jum;at dan kejadian sabtu dan udah tau banget kalo aku kan orangnya penasaran hehe. mudah2an deh segera berlalu ya, sedih karena udah banyak korban juga.

      Makasih Daniii 🙂

  3. Ya ampuuun, salut sama Matt en de genk, mau berjuang demi kasih makan binatang.. be very carefull ya Non, jangan dipaksain laah kalau emang kondisi masih belum baik, bisa sewaktu2 erupt loooh…

  4. Semoga erupsi Sinabung segera berakhir ya mbak Noni. Sedih banget ngebaca dan ngeliat fotonya T_T
    hati hati ya mbak Noni kalau ke daerah sekitaran Gunung Sinabung

    • kayaknya sih gak lagi 😦 abis kemaren itu kan sempet liat udah beberapa desa dikembalikan (radius 5 km) dan menurut keluarganya temen juga aman. Ehh pas kesana erupsi. Hanya beda 3 jam aja dari waktu kejadian Ry 😦

  5. Dulu pernah juga non masuk ke daerah rawan merapi di Klaten, cuma 3,5 km dari puncak, demi liputan. Tapi sekarang harus sering mengingatkan diri sendiri dan teman2 yang lain, bahwa tidak ada berita yang lebih penting dari nyawa. Pokoknya harus menaati aturan, jangan sekali-kali masuk daerah yang dilarang. Semoga Sinabung segera damai lagi seperti dulu. Amin

    • soalnya kita suka mencoba2 sih ya 😦 cuman kemaren kan katanya relatif aman dan kita gak up date berita ditambah semua orang bilang bisa masuk, ternyata abis ada awan panas aja dong 😦 haduh, semoga kita bisa lebih hati2 dan taat deh kalo di peringatkan ama petugas

  6. Ya allah..alhamdulillah mba g jadi kesana ya, kalo iya… 😦
    Aku deg2an banget liat berita org2 yg lg evakuasi itu lari2 puter balik pas ada awan panas lagi 😦
    Aku standing ovation buat mbaNon Matt dkk yg semanget bgt kesana mau ngasih makan binatang. Semoga mrk semua selamat ya..
    Semoga gak ada korban lagi, semoga cepet selesai erupsinya, amin..
    Take care mba Non! ♥

    • kalo iya mungkin gak ada lagi huhu. Blog aku berhenti sampe hari kamis kemaren dong.
      iya, semoga buruan selesai deh dan gak ada korban lagi. Kasian mereka di pengungsian sana

  7. Mbak Nooooon… Berani banget sih ke sana? Tapi syukur lah kalian berempat ngga papa dan kembali dengan selamat. Jadi inget awan panas di berita kemaren. Korbannya kan banyak anak sekolah yang penasaran pengen liat. Mereka juga nanya-nanya ke orang sekitar tapi ngga ada larangan juga. 😦

    Duh.. Pengen nangis liat foto anak anjing di atas. Ngga tega 😥

    Sekarang makin diperketat, Mbak. Cuma boleh ngeliat dari jarak 5-6 km, ngga ada yang boleh deketin di bawah itu kecuali pengungsi dan keluarga. Itupun mesti dikasih liat KTP dan minimal bisa ngomong Karo buat buktiin.

    Moga erupsi Sinabung berhenti total. Amiiin.. Kasian penduduk sekitar soalnya. Di situ mereka cari makan dan nyambung hidup. Trus juga mudah-mudahan pemerintah kota dan pusat bisa nyalurin bantuan yang mereka terima langsung.

    • Nekat sih itu Beb, bukan berani hahaha. Aku mikirnya sih gpp dan awalnya aku pikir kami cuman ke berastagi aja (berastagi mah aman) ehh karena dikata aman dan bisa masuk ke lokasi jadi gatal plus ada yang mau kasih makan anjing. Gak taunya pas kita datang hanya selang 3 jam dari erupsi. Kalau jumat kemaren matt gak kerja, bisa jadi pas erupsi kami didesa itu juga huhuhu.

      yang setelah radius 5 km kayaknya udah boleh pulang koq beb, kayakna hehe.

      semoga selesai deh Sinabung ini, walo aku baca katanya sampe maret ya

  8. Wah bagi yang rumahnya dekat ma GUNUNG BERAPI emang slalu waspada termasuk aku non hehe.
    Pa lagi waktu Gunung Merapi kemarin batuk ampun ampun puanik luar biasa pa lagi rumah aku titik aman terahkir lo ( 20 km dari puncak )
    udah buanyak yg jaga tidak boleh keatas, makanya wkt sinambung kmr batuk lagi dan memakan korban aku tahu buanget paniknya…

  9. salam kenal mbak noni, aku suka deh foto2nya sekaligus sedih bgt liat kondisi disana. Semoga segera berlalu batuk2 sinabungnya 😦
    salut juga dgn niat kasih makan binatang terlantar disana.

  10. semoga lekas berhenti batuk2nya Sinabung
    gak kebayang tetep ngebut pas ujan abu dan pake motor, dulu aja pas kena ujan abu merapi di Solo, pengen berenti aja berteduh dulu meski telat ke sekolah tp kok ya kakakku tetep nekat ga berentiin motor meski jalannya jadi pelan

  11. Noni, Semoga keluarga temen kamu itu aman-aman aja. Sedih deh liat foto ini dan kok sepertinya berita tentang Sinabung ngga seheboh banjir di Jakarta ya. Bantuan untuk korban gimana, lancar?

    • Katanya sih bantuan makanan lancar mba tapi yang jadi masalah tempat pembuangannya yang dikit banget 😦 katanya sih mau dibangun lagi. Moga2 sih segera berlalu deh, aku baca kemaren sampe maret. Mereka udah ngungsi sejak sept mba Yo 😦 keluarga temen aku alhamdullilah udah di pengungsian sebagian, sebagian ditampung di rumah keluarga di Medan

  12. wah berarti informasi nya kurang bener dong ya, kok bisa pada bilang gak kenapa2 kalian kesana…

    anyway emang mendingan stay away dulu dah. walaupun kalian berniat baik, tapi daripada kenapa2 ama kalian sendiri kan?

    • Nah informasi inilah yang menyesatkan 😦 karena yang meninggal kemaren ternyata ada anak2 sekolah dan gurunya yang kesana buat liat bekas letusan *sedih banget gak sih* seharusnya kan walo emang gak boleh masuk paling gak ada papan pengumuman atau ada petugas yang jaga di jalur masuk

  13. Kemaren wkt km kesini dapet ujan salju skrg ujan debu. Well, kemaren ampir seharian kita disini dapet ujan salju. Mnrt prakiraan cuaca bakalan ujan salju lagi, Gw udah pengen cepet2 Spring and Summer. Anyway, ati2 deh disana. Kayaknya orang2 dibiar gitu saja tanpa info lengkap.

    • kalo di US kan jelas banget ya Syl, ampe mau liat sekolahan tutup aja bisa langsugn di TV. nah disini kayaknya informasinya masih simpang siur 😦 lumayan sedih sih kalo sampe apes kesana karena gak ada informasi di pintu masuk hiks. Ortu si Matt kemaren juga kirim foto sambil ngomong “ice age” huahaha. Semoga gak tambah dingin ya Syl, biar bisa main di luar lagi

  14. padahal bukannya statusnya siaga yah mba noni, tapi ko ga ada yan ngasih tau kalo dilarang untuk masuk ke daerah kawasan awan panas, serem juga yah ngeliat tebelnya debu akibat sinabung. semoga cepet sembuh batuk2nya sinabung dan membawa keberkahan dengan ladang yang subur 🙂

  15. Sempet baca di mana gitu, ada yg cerita bahwa pengungsi yang sementara ini lagi ada di pengungsian suka ga tenang ninggalin rumahnya, karena beneran ada yang merampok harta benda, bahkan sampe pompa air juga diembat pencuri. Sungguh jahat orang2 itu, orang lain lagi kesusahan kok masih sempet2nya kepikiran ngambilin harta benda korban 😦

    • yang ngerihnya nih kak, aku baru sadarin setelah pulang ke rumah. Partikel2 debu itu kayaknya bikin pedih deh. Ada beberapa bagian badan aku yang gak ketutup baju kegores2 gitu 😦 padahal kita sehari doang disana. Gimana yang lama disana ya

  16. Halaau, Non. Giamance kabaar? :mrgreen:
    Nama Desanya unik2 ya, Non. Payung Suka Meriah. Kasihan, hewan2 yang terlepas dari pemiliknya, ya. 😦

    Aamiin. Semoga gak batuk lagi. . .

  17. Ngeliat gambarnya aja aku udah batuk2 kak non, gimana kl beneran ada disana ya?
    Turut berduka untuk semua keluarga korban erupsi Sinabung.

  18. Kalau rajin baca berita sebenarnya foto dahsyatnya letusan Sinabung itu sudah ada sejak bulan September, cuma entah kenapa media luar negeri lebih rajin memantau Sinabung. Foto-foto yang beredar juga kebanyakan dari reporter media asing. Dan anehnya lagi, meski belasan korban meninggal, tapi SBY kok masih santai.. Doh

    • Gie, kalo dari Indonesia aku suka banget liat foto2nya Roni Bintang, kalo gak salah dia banyak dapet award juga gegara foto2 sinabung plus ada banyak media luar yang pake foto dia hehe. Mungkin kenapa banyak media luar karena mereka dananya gede utk trus mantau gunung berapi selama berbulan2. Aku pernah ketemu wartawan prancis yang ngeliput semeru 2 taon lalu, dia ngabisinin 7 bulan disana buat dapetin foto/video bagus dan setelah itu pulang hehe. Soal SBY….emm yah gimana lagi ya, susah deh

  19. Kalo baca dr berita sih emang beberapa hari sblum kejadian si sinabung aman yah.. tapi tetep aja, pergi ke daerah yg kena bencana sih memang kurang bijak yah.. Sedih bgt tuh denger 15 korban terkena awan panas. 😦 Lain kali lebih hati2 aja Non..

  20. ya ampun non untung yah dirimu ga jadi dateng pagi itu…
    kasiannya yg menjadi korban jg relawan n jurnalis….
    karna gda tanda-tanda bakal lanjut or brenti itu yah yg bikin masyarakat sekitar jadi ga waspada

  21. haduh, nyaris ya non 😦 . Tapi bukan berarti kamu salah juga, abis emang gak ada prosedurnya nya dalam ngadepin bencana itu kayak wilayah apa apa aja yang terlarang, peringatannya gimana, paling prosedur cuma sebatas evakuasi doang. Semua nya masih tergantung sama masyarakat masing masing.
    Stay safe ya kalo mau main main kesana neng. amin, semoga batuk batuk nya Sinabung cepet sembuh 🙂

  22. MasyaALLAH,,, sampai begitu ya Mbak,, foto2 Mbak bisa membuat aku nangis pagi ini… Ngeliat pohon dan hasil bumi yang gagal dipanen.

    Semoga warganya cepat bangkit dan Sinabung ndak batuk2 lagi 🙂

    Take care Mbak Noni 🙂

  23. Salut denh sama dirimu Non… 🙂

    Tapi emang ya perhatian pemerintah kayanya ngga terlalu besar ya Non. Itu si Bapak tercinta masih bisa aja loncing bukunya en ke bali ngurusin partainya. Dan Emak tersayang masih bisa instagraman… Miriss

  24. Aduh bacanya merinding Non. Kayak gini ini nih kadang-kadang pemerintah kurang aware ya, kalo udah tau daerah bencana gitu kan harusnya udah diamankan dari beberapa hari sebelumnya ya.

  25. ga bisa bayangin ya mba… Serem… Aku sekali ke tempat Mba Maridjan setahun setelah gunung Merapi Jogja meletus, dan debunya masih banyak !! Itu udah setahun padahal … Ga kebayang pas lagi aktif2nya 😦

Leave a reply to Feº A Cancel reply