
Setelah perjalanan dari Orangutan Haven yang sudah saya posting minggu lalu maka kali ini kita lanjutkan dengan mengunjungi karantina. Karantina ini tempat dimana orangutan biasa dirawat atau tinggal sementara sampai mereka siap untuk dilepaskan ke hutan.
Kebanyakan orangutan yang datang ketempat ini adalah bayi yang orangtuanya (induk) dibunuh atau dijual sehingga mereka tinggal sendirian. Ibarat sebatang kara dan terlunta-lunta plus sebagian dari Orangutan (OU) sudah lama tinggal dengan manusia terkadang mereka lupa bagaimana caranya menjadi orangutan lagi. Orang-orang yang merawat OU biasa memberikan segala makanan manusia. Mulai dari mie instant sampai makanan lain yang sebenarnya tidak ada di dalam hutan. Sehingga ketika OU dibawa ke karantina terutama yang bayi-bayi mereka harus belajar kembali bagaimana menjadi OU. Ribet ya hehe.
Selain bayi kebanyakan yang datang juga OU yang sedang dalam keadaan sakit. Contohnya Raul yang saat ini menderita penyakit meninghitis

Meningitis adalah radang pada membran pelindung yang menyelubungi otak dan sumsum tulang belakang, yang secara kesatuan disebutmeningen.[1] Radang dapat disebabkan oleh infeksi oleh virus, bakteri, atau juga mikroorganisme lain, dan walaupun jarang dapat disebabkan oleh obat tertentu.[2] Meningitis dapat menyebabkan kematian karena radang yang terjadi di otak dan sumsum tulang belakang; sehingga kondisi ini diklasifikasikan sebagai kedaruratan medis.[1][3]
Didalam karantina ini terdapat beberapa bangunan seperti dapur, ruang makan, kamar , ruang operasi, apotik dan masih banyak lagi. Tempatnya sendiri menyenangkan karena terletak didalam hutan kecil yang masih asri. Jalanan menuju ke karantina juga masih belum ramah dengan mobil kecil. Saran saya jika bisa mengunjungi karantina pakailah mobil besar.
Untuk mengunjungi karantina juga tidak bisa dilakukan setiap saat. Kita harus mendapatkan permit dari kantor Yel dan menanyakan jika memang ada kesempatan untuk datang. Biasanya ada beberapa donatur dan volunteer datang untuk membantu ketempat ini. Pekerjaan volunteer seperti membersihkan kandang, menyediakan makanan, merawat OU dan masih banyak pekerjaan lainnya.
Setiap pengunjung harus menggunakan masker apalagi jika kita berdiri didekat OU. Jarak terdekat yang diberikan adalah 7 m dari OU. Diharapkan dengan menggunakan masker kita dan OU tidak saling menularkan penyakit. Ingat 97 % DNA mereka mirip dengan kita.
Sebagai pengunjung tentu ada aturan mainnya seperti tidak boleh terlalu dekat dengan OU, tidak boleh menyentuh mereka apalagi kalau kita dalam keadaan sakit. Selalu menggunakan masker dan jangan berisik hehe.
Anak-anak OU percayalah menggemaskan. Mereka menggunakan pampers karena hampir seperti bayi mereka selalu buang air dan diare hehe kalau kebetulan salah makan. Setiap bayi/balita akan bermain dan belajar menjadi OU yang dapat hidup dialam bebas sehingga setiap harinya mereka harus bermain dan berlatih di playground. Nonton mereka berlatih sebenarnya lucu banget. Setiap harinya sekitar 3 jam mereka “sekolah”. Dan seperti anak-anak kalau kecapekan mereka akan demam atau langsung tertidur begitu dimasukkan ke kandang. Ketika saya datang satu bayi OU yang terlalu capek sekolah sore itu terkena demam dan begitu digendong langsung tidur. Ugh… lucunya. Favorite saya bayi OU bernama Dennis dengan rambut keriting merah. Sumpah lucuuuuuu



OU suka sekali makan, hampir setiap hari kegiatannya adalah makan dan bersantai. Di Karantina mereka akan diberi makan 5 kali sehari dan kandang dibersihkan sebanyak 2 kali dalam 1 hari. Kandang-kandang mereka bersih dan berbau karbol. Gak kebayang yang bersiin kandang gimana, ya, setiap hari gitu hehe.
Saat ini ada sekitar 50an OU di tempat ini. Beberapa sudah dewasa tetapi tidak bisa/belum siap dilepaskan ke hutan. Ada seekor OU jantan dewasa Fadrian yang saat ini menempati sebuah kandang yang berukuran terlalu kecil sehingga saat ini sedang dibangun kandang baru untuknya seharga USD 75.000. Gilaaa. Ini komentar temen saya pas tau harga kandang tersebut
“kandang yg terbuat dr stainless steel hrganya $75000, isn’t that insane?????? Tp demi kesejahteraan orang utannya, apapun dilakukan… Guess who care? Donator dari negara2 luar… It amazed me how other countries care about them more than us… So sad”
Dipikir-pikir bener banget ya komentarnya. Kita terlalu gak perduli huhu.


Sebagian susu untuk bayi2 OU
















Mbak noniiiii.. aaaaaak lucu2 banget. Say hi to dennis! Smg sehat2 terus ya, dan sgr ready dilepas ke habitatnya. Terberkatilah pihak2 yg bekerja keras menjaga kelangsungan hdp mereka. *mewek abs baca postingan ini. Huhuhu
Hahaha.. kalau kesana lagi ya, soalnya jalannya susah jadi rada2 males kesana.
Lucu2 bgt yak bayi OUnya.. dan iya volunteer n donaturnya malah banyakan dr LN. Padahal OU kita yg punya 😦 yg ada hutan dibakarin mulu
Soalnya orang kita masih belon terlalu peduli. Ada tapi gak banyak dan gak sebanding sama cepatnya perusakan hutan, jual2in binatang dll. Kasian ya
Waaaa lucu banget anak2nya mba! Gila ya gw salut banget sama para voluntir dan pekerja yang ngrawat OU ini, pasti lah ga mudah.
Gak lah Gy, bayangin aja selain ngurusin binatangnya trus harus deal juga dengan pemerintah, swasta dan masyarakat huhu
Bayi OU gemesin, pengen gendong deh tapi gak boleh kan. Aku sering nonton beginian (konservasi OU) di NatGeoWild tapi belom pernah liat ou langsung di habitatnya, lha ke hutan aja gak pernah
Gak boleh seharusnya Bijo karena kan kita gak tau siapa yang bisa menularin penyakit. Kalau kita dalam keadaan kurang sehat juga rentan tertular. Belon lagi namanya pun binatang ya kadang2 mereka gak pinter menggunakan kekuatannya
Lagian juga gak berani gendongnya hahaha
salut sama volunteernya yang ngerawat para OU.
Salam buat Dennis mba Noni
Kalau kesala lagi ya Dian
Lah, lucu2 amat. Pake pempes! Hahahaha… Gemesin. Sedih juga ya bayi2 OU ini udah kehilangan induknya. Salut juga buat pekerja/volunteer yg ngerawat mereka, kayaknya udah sayang banget gitu ya sama para OU ini. Smoga donatur2nya juga ditambah rejekinya deh, Amin.
Hihihi soalnya sering buang air katanya. Kayak bayi gitu deh. Amin doa2nya
baru pagi ini liat berita OU ini di TV ….salut sama valunteernya..kasian orangutannya ya kena meningtis
Kasian banget karena dia gak bisa ngapa2in gitu dan kayaknya selamanya harus tinggal di Karantina
ihh lucu banget mbak,tapi orang utannya pada nakal ga’ mbak? tahun lalu aku berkunjung ke taman nasional tanjung puting karena mereka dialam bebas jadi banyak orang utannya yang nakal misalnya ngambil botol minum orang secara tiba-tiba gitu
Nah itu orang utan yang biasanya udah terbiasa liat manusia dan terbiasa dikasih makan sama manusia juga. Seharusnya sih gak boleh ya kalau dialam bebas karena kan jadinya berbahaya gitu plus mereka jadi kurang mandiri.
DI Sumatera Utara ada tempat yang mirip Tanjung Puting namanya Bukit Lawang. Disini OU juga udah biasa liat manusia dan kadang2 guide suka kasih makanan supaya tamu2 bisa liat OU dan foto2.
Untuk yang di karantina mereka biasa ngeliat manusia yang ngurusin mereka doang tapi disini mereka juga dilatih untuk bisa dilepas di alam bebas, jadi harus belajar gak ketergantungan lagi.
Soal nakal aku kurang tau juga tapi biasanya pengunjung gak boleh deket2, gak boleh kasih makan, pokoknya cuman boleh liat aja
Kok aku malah sedih ya bacanya… Sedihnya justru bukan kita2 yang pribumi yang care malahan orang2 asing #notetoself
Volunteer ini benar-benar menjadi contoh *thumbs*
Iya memang menyedihkan karena kita yang punya tapi kita gak perduli. Kasian ya
Menarik! Aku selalu penasaran tentang konservasi satwa, dan tulisan Mbak Noni ini kasih pengetahuan banyak.
Mbak Noni, apakah Mbak Noni pernah nulis tentang organisasi yang melindungi orang utan ini? Gimana suasana kantornya, apakah santai atau konservatif? Apakah mereka punya semacam target yang dikejar, misalnya bisa meningkatkan jumlah orang utan rawatan yang disembuhkan gitu?
Belon pernah nulis tentang kantor mereka Vicky hehe, biasanya ada banyak jurnalis dari luar sampai Natgeo yang udah bikin banyak artikel dan video tentang mereka sih. Entar coba aku tanyain Matt ya, kalau semisalnya bisa aku tulis untuk blog.
suka kasian liat orang utan yang kena sial karena ulah manusia deh 😦 misalkan pas hutan kebakar doi juga kena gitu 😦 sedih. Kesadaran penuh buat jaga hewan2 langka atau gak langka emang harus di tumbuhin ya mba di hati orang Indonesia jangan sampe malah yang luar lebih perhatian. ntar kalo udh punah baru nyesel
Sebenarnya gak OU aja ya pas terbakar itu, banyak sekali binatang, pohon dan tumbuhan lain yang hancur dan begitu apinya padam langsung ditanamin sawit huhu. Pedihhhhhh.
Kayaknya kalaupun punah gak bakalan perduli juga Man, baru perduli kalau diambil orang lain kayaknya
Setuju. Kita belom bisa menghargai sesuatu sebelum sesuatu itu hilang dari hidup kita
kelihatannya lucu banget, tapi saya agak phobia kalau dekat OU….
Emang sebaiknya gak usah deket2 🙂
haha siappp
Foto-fotonya berbicara Mbak 🙂
Makasih Rifqy
wow USD 75000?! Tapi buat OU udah sepantasnya lah. Dari semua binatang, paling prihatin sama nasib OU ini. Sedih kalo liat nasib mereka, tapi disisi lain optimis karna selalu ada manusia manusia berhati malaikat yang perduli nasib mereka
Gila ya May, rumah aku aja gak segitu mahalnya 🙂
Mudah2an mereka gak sampe punah deh. Kasian karena fungsinya bintang2 ini kan sebenarnya untuk keseimbangan lingkungan hidup kita juga
how cute!!
Salam buat Dennis, mba.. kalau boleh tau karantina ini dimana ya?
oh iya lupa, salam kenal mba Noni.
Didaerah Sibolangit dekat daerah yang ada sungai besar itu
belom pernah ke Sumatera, hiks. tapi pengen bgt. makasih infonya mba.
yang peduli ngurus orang utan di tanah air malah orang asing huhu miris 😦 .
Mengasuh orang utan apalagi yg kecil harus sabarrr ya Non, sdh spt mengurus anak sendirilah tuh hehe.
Hihih orang kita ada juga Nel tapi yah gitu deh gak banyak jadi gak kedengeran ya.
seneng dan sedih deh, seneng karena banyak yang peduli sama mereka dan sedih karena lebih banyak yang gak peduli 😦
paling gak, kalo merasa gak bisa bantu apapun, gak usahlah disakiti 😦
semoga para donatu dan volunteer sehat selalu 🙂
Amin… semoga ya dan mereka gak putus asa juga. Itu paling penting hehe
noni, aku sedih bacanya, aku sukaaa bgt sama OU
mau sumbang2 tapi kok ya budget keluarga sangat ketat ya non, aku sedih 😦
Hihihi gpplah Fey, yang penting kita bisa bantu dengan hal2 lain kayak gak ngerusak lingkungan hidup, mengurangi pemakaian sawit dll
sedih mba bacanyaa… orang utan bisa juga kena meningitis ya??
jadi inget, pernah baca di berita, ttg orang utan yg dijadikan pelacur sama org2 di pedalaman, dan pelanggannya juga banyakan org2 pekerja proyek :((
Kayaknya hampir semua penyakit manusia bisa Eda. Mereka juga bisa punya kista, miom loh. ”
Ah iya itu berita beberapa taon lalu ya, aku gak tau itu bener apa gak tapi beneran menyedihkan
Pas bangat kemaren nonton Tigers about the house di NatGeo, kebun binatang di Australia galang dana dan kunjungan ke Indonesia untuk ngelihat hewan-hewan yang di karantina. Mereka sampai nangis lihat OT, gajah dan harimau dibantai. Hiksss, sedangkan kita nya santai aja dong bakar hutan, nyiksa harimau, gajah dll buat dijadiin komoditas dan diambil bulu dan gadingnya untuk dapatin duit.
Dari Aussie sebenarnya cukup banyak juga donatur loh Adel. Taon lalu pernah ada anak kecil yang nabung dan kasih duitnya ke sini. Dia datang sama keluarganya gitu dan adopsi satu OU. Jadi dia liat OU nya gitu ke SUmut. Masuk kehutan, jalan2 liat tempat tinggal mereka dan minta Matt presentasi untuk dia. Lucu banget ya.
Hebat yach, salut. Coba anak2 disini diajarin empati sama binatang seperti mereka yach mbak.
Dennis adalah orang utan paling lucu dan menggemaskan yang saya lihat di foto-foto dalam postingan ini :haha. Gila banget konservasinya, semoga berjalan dengan baik ya Mbak. Memang, pemerintah kita mungkin punya banyak hal yang menurut mereka lebih penting daripada melestarikan hewan langka, oh ini pemikiran yang salah banget :huhu. Semoga senyumnya si Dennis itu tetap abadi sampai dia dewasa. Semoga orang utan yang meningitis cepat sembuh.
Lucu ya rambutnya itu bisa berdiri2 kayak kesetrum haha.
Yah kita bisa apalagi Gara. Yang gak bisa diharapkan yah sudahlah, kita aja yang usaha sendiri. Cara paling bagus dan juga sehat untuk kita tentu aja stop pemakaian produk kelapa sawit. Kalau yang organic mungkin masih oklah
Iya Mbak, kita mesti mengalah sesekali dengan fauna yang ada di muka bumi, soalnya mereka juga punya peran besar di kehidupan kita.
Huaaa, kandangnya pun mencapai $75000! 😀
Tapi memang penting sekali ya Non karantina seperti ini untuk menjaga kelestarian orangutan. Kebayang deh bagaimana nasib mereka apabila tidak ada yang merawatnya gitu…
Mahal ya Zi. AKu pun sampe shock haha. Rumah yang kita tempatin aja gak segitu mahalnya. cuman kandang kayak gitu emang perlu karena si OU ini kan kuat banget tenaganya.
eh mbaa.. maksudnya penyakit meningitis nya itu di tularin sama manusia? maksudnya berhubungan disini tuh apa yah? huahua
Iya maksutnya ditularin manusia hhehe. Maksutnya berhubungan itu kayak pernah bersentuhan, memelihara sebelumnya. Haduh bahasa aku ya hehe
Icic. Ahhaha.. Aku pikir di zolimi sama manusia. Ahhahaha. Haduh pikirankuu. Hahahaha
Hhihihi…. ah ya bisa jadi juga di zolimi. amit2 ya
Horror bngt deh manusia yg bs begitu sama binatang. -.-
Iyalah dan gak bener banget juga ya
Bisa dikunjungi kah, Non? Nggak dalam waktu dekat sih…. At least ndaftar deh.
Kamu kalau mau kesini let me know ya, entar aku tanyain Matt. Kayaknya aku start kerja volunteer beberapa hari dalam seminggu mulai Feb
Aku langsung teringat buku Dee Lestari yang Partikel. Nyeritain kehidupan OU dan para volunteernya. Non, kalo jadi Volunteer apakah ada pendidikan khususnya? Tadi aku lihata ada wajah2 Indonesia soalnya. Penasaran bagaimana prosedur untuk bisa jadi volunteer disana
Yang Indonesia itu pekerja, Den. Biasanya mereka dokter hewan atau masyarakat sekitar gitu. Untuk jadi pekerja biasanya ada standard medical check up sama mungkin sambil belajarlah ya disana. Kan gak boleh kasar sama binatang2nya. Harus beneran sayang.
Ah i see. Berarti yang disebut volunteer ini adalah mereka yang dari luar gitu? Kayak Matt kan Peneliti ya? Nah Volunteer ini standarnya bagaimana?
Voulunteer itu biasanya kebanyakan nih yang setahu aku dari luar kayak mahasiswa yg lagi civil service atau dari negara lain yang lagi belajar juga. Trus mereka tinggal disana gak digaji tentunya dan tanggung biayanya sendiri. untuk jadi volunteer nanti harus check kesehatan dll. Kurang tau detailnya juga hehe. Biasanya mereka kerja disini bulanan, Den.
Nanti kerjaannya yah mulai dari bersiin kandang, pakein pampers dll.
Kalau volunteer yang orang Indonesia aku belon pernah ketemu dan tau. Entar coba aku tanyain Matt kalau emang ada hehe. Kalau yang dari luar, aku sempet kenal beberapa karena kita beberapa kali ketemuan buat hang out pas mereka libur
Mudah2an terselip ya volunteer dari Indonesia. Minimal satu dua gitu. Kalo nggak kan makin ngenes aja OU kita yang ngurusin orang luar semua. Non, satu lagi nanya. Tanjung puting sama konservasi tempat Matt ini lebih gede mana ya? Tipe konservasinya sama atau beda?
Aku belon pernah ke Tj Puting, Den. Di Sumut/Aceh (tempat Matt kerja) ada beberapa stasiun penelitian. Batang Toru, Sikundur, Janto dan Tripa kalau gak salah. Cuman dari semua stasiun ga semua orang bisa masuk karena ini kan taman nasional. Perlu permit kayak smaksi gitu beda sama tj Puting.
Untuk tempat kayak Tj Puting nih aku rasa mirip Bukit Lawang yang memang udah jadi tujuan wisata. jadi OU-nya udah biasa liat manusia. Mereka gak malu buat kasih liat dirinya ke manusia dan mau terima makanan gitu dari guide. guide mau kasih makanan juga padahal seharusnya gak boleh. Taulah demi wisata yang seharusnya gak boleh dikasih makan dikasih juga supaya OU mau datang mendekat.
Kira2 kayak gitu deh yang aku tangkap. Kalau mau kesini semisal ada beberapa orang gitu mungkin aku bisa tanyain Matt (gak janji bisa tapi aku tanyain). Siapa tau bisa visit ke karantina dan liat Orangutan Heaven. Selama ini yang datang kebanyakan donatur2 sama orang2 film/photographer.
Ah ok. Terima kasih banyak Noni buat penjelasannya. Ini yang ngebet suami. Jadi nanya2 dulu supaya direncanain mau kemana pas pulang Indonesia. Dia sih mau ngunjungi yang Tanjung Puting dan Bukit Lawang, obsesinya 😀 Aku takut sama OU hehe, aslinya aku takut sama semua binatang.
Pokoknya jangan kontak aja sama mereka Den. Bukan apa2 sih ini kan demi kesehatan kita dan mereka juga. plus gak membahayakan diri sendiri juga. Namanya pun binatang.
Ornag luar bener bener peduli ya mbak sama orang utan ini. Jadi inget temen aku drh dinpalangkaraya temen temennya juga rata rata orang asing.
Iya biasanya sih gitu ya hehe. Palangkaraya juga tuh banyak peneliti dari luar. Ada Sebangau ya 🙂
Aku seneng loh tapi dengan adanya OU Haven ini jadinya OU-OU ini terlindungi dengan baik dan hidup di lingkungan yang baik dan sesuai juga.
Mudah-mudahan dana untuk membantu mereka selalu mengucur lancar dan deras.
Ga tega liatnya. Beberapa induk orangutan juga ada yang sengaja dibunuh supaya anaknya bisa diambil dan diperdagangkan. Sebagian dari sisanya dibunuh karena dianggap hama perkebunan. People.
ngeri ya ngeliat betapa rakutnya manusia