
Sebenarnya Colombo bukanlah kota yang ingin saya datangi ketika berkunjung ke Sri Lanka. Alasannya memang gak terlalu banyak yang pengen saya lihat di kota ini dan lagi kotanya terlalu ramai jadi males. Kalau bisa milih saya pengen habiskan lebih lama waktu di Nuwara Eliya daripada singgah ke Colombo.
Cuma……di Colombo ada mesjid Jami Ul- Alfar yang memang pengen saya lihat. So, demi mesjid ini kami tinggal 1 hari di Colombo.
Mesji Jami Ul-Alfar ini dikenal dengan mesjid merah atau mesjid papermint karena bentuknya yang mirip permen. Gemes ya emang. Trus saya awalnya gak kepikiran kalau mesjid cantik ini nyelip di antara toko-toko dan pedagang makanan di pasar paling tua di Colombo.
Mesjid yang dibangun sekitar tahun 1908 dan selesai satu tahun setelah dibangun oleh warga muslim yang tinggal dan berdagang di pasar Pettah alias pasar tertua di Colombo. Sampai hari ini pun pasar Pettah ini masih menjadi pasar yang banyak dikunjungi warga lokal ataupun turis untuk berbelanja oleh-oleh atau berfoto.
Construction of the Jami-Ul-Alfar Mosque commenced in 1908 and the building was completed in 1909.[2][3] The mosque was commissioned by the local Indian Muslim community, based in Pettah, to fulfill their required five-times-daily prayer and Jummah on Fridays. The mosque’s designer and builder was Habibu Labbe Saibu Labbe (an unqualified architect), and was based on details/images of Indo-Saracenic structures provided by South Indian traders, who commissioned him.[1] It is a hybrid style of architecture, that draws elements from native Indo-Islamic and Indian architecture, and combines it with the Gothic revival and Neo-classical styles. Originally it had the capacity for 1,500 worshippers although at the time only around 500 were attending prayers.
It is a distinctive red and white candy-striped two-storey building, with a clock tower, and is reminiscent of the Jamek Mosque in Kuala Lumpur, Malaysia (constructed in 1910).[2] Before other landmarks were built, some claim that the Jami Ul-Alfar Mosque was recognised as the landmark of Colombo by sailors approaching the port.
In 1975 the mosque, with the assistance of the Haji Omar Trust,[3] purchased a number of the adjoining properties and commenced building an expansion to the mosque to increase its capacity to 10,000.[4] – sumber Wikipedia
Sewaktu kami datang ke mesjid ini kebetulan shalat Zuhur sedang berlangsung. Oleh petugas mesjid kita disuruh nunggu (yang shalat cowok semua siang itu) sampai shalat selesai baru boleh masuk. Setelah selesai kita masuk mesjid (harus pakai pakaian sopan atau kalau gak pake jubah yang disediakan mesjid) foto-foto di halaman mesjid (gak boleh masuk) trus sekitar 5 menit sudah disuruh keluar lagi. Jadi yah saya gak sempat liat-liat lebih banyak lagi di dalam mesjid kayak apaan.
Setelah keluar dari mesjid, kami berjalan sedikit ke arah belakang pasar. Dari sini sebenarnya kita bisa memotret keseluruhan mesjid walaupun ada banyak toko di kanan kiri hehe.
Untuk saya mesjidnya bagus banget tapi sayang gak bisa lihat semuanya 🙂
gini aja udah bikin eyegasm mbaaa, duh pengen ke sini
cakep banget ya Dit
Senangnya bisa lihat2 masjid indah di luar sana. Semoga suatu saat bisa kayak mbak Non..😍
Amin…semoga kesampean ya
mbak non di masjid ini yang perempuan gak boleh shalat yah ? aq lihat masjid ini jdi inget bangunan merah yang di rusia itu loh, lupa namanya mirip2 warna dan bentuknya
Bisa shalat tapi dipisah ruangannya
gmz ya mesjidnya kayak candyland gitu.. tiang yg warna merah putih selang seling itu mirip candy cane…
Iya makanya banyak yang panggil papermint gitu
Warna mesjidnya cantik
kek permen
tadi pas lihat di Reader kirain mbak Noni abis dari Rusiaaa abis sepintas mirip hahaha..
mesjidnya emang bagus yaaa, kayak istana boneka >_<
Iyaaa kan mesjidnya kayak bukan di Asia
Kak Noni, penasaran, kenapa kok ga boleh masuk?
Gak tau, kita gak berani tanya abis tegang banget
Ngga bilang mau shalat aja Non?
Enggak hihih
Masjidnya bagus banget, tempat sekitarya juga kelihatannya bagus banget